Sabtu, 09 Oktober 2010

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS DAN RETURN ON EQUITY MELALUI KURS DOLLAR TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS DAN RETURN ON EQUITY MELALUI KURS DOLLAR TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Agung Maulana¹
Didin Mukodim²

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2010.


ABSTRACT

This study aims to analyze the phenomenon of the movement of stock price index in the manufacturing sector which is a collection of stocks of manufacturing industry in Indonesia Stock Exchange are influenced by various factors: internal factors related to company performance such as return on assets and return on equity as well as external factors are symptoms macroeconomic fluctuations in dollar exchange rate as the period 2007 to 2009. The analytical tool used in this research is path analysis using the software Analysis Of Moment Structure (AMOS) version 5 for Windows. The results as a whole can be concluded that the variable return on assets and return on equity has no effect due to the number of internal influences that have more influence on stock index while the dollar exchange rate effect on stock price index due to macro-economic indicators affecting the sale value of shares following the market mechanism.
Keywords: Return on assets, return on equity, Dollar exchange rate and Manufacturing Sectoral Index.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena pergerakan indeks harga saham sektor manufaktur yang merupakan kumpulan saham-saham industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor internal yang berhubungan dengan kinerja perusahaan seperti return on assets dan return on equity maupun faktor eksternal yaitu gejala ekonomi makro seperti fluktuasi kurs dollar periode 2007 sampai dengan 2009. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur dengan menggunakan software Analysis Of Moment Structure (AMOS) versi 5 for Windows. Hasil penelitian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel return on assets dan return on equity tidak berpengaruh diakibatkan banyaknya pengaruh internal yang lebih berpengaruh terhadap indek saham sedangkan kurs dollar berpengaruh terhadap indeks harga saham diakibatkan indikator ekonomi makro mempengaruhi besarnya nilai jual saham yang mengikuti mekanisme pasar.
Kata Kunci: Return on assets, return on equity, kurs Dollar, dan indeks harga saham sektor manufaktur.



PENDAHULUAN
Perkembangan dunia usaha global yang semakin kompetitif mempengaruhi kondisi perekonomian suatu negara. Persaingan global yang sedemikian ketatnya mendorong pemerintah untuk lebih memperhatikan berbagai aspek, khususnya aspek ekonomi. Begitu juga dengan pelaku usaha agar lebih aktif dalam menghadapi globalisasi untuk menarik investor domestik dan mancanegara. Salah satu tempat bagi pelaku usaha dan investor bertemu adalah pasar modal. Salah satu bentuk pasar modal yang ada di Indonesia adalah BEI (Bursa Efek Indonesia). Perusahaan yang terdaftar di BEI dikelompokkan menurut bidang usaha ditetapkan empat kelompok industri prioritas, yaitu industri berbasis pertanian atau agro (pengolahan kelapa sawit, pengalengan ikan, karet, kayu, cokelat, dan lain-lain), industri alat-alat transportasi (kendaraan bermotor, perkapalan, dan kedirgantaraan), industri telematika (informasi dan telekomunikasi) dan manufaktur (tekstil, alas kaki, keramik, elektronik, konsumsi, kertas, dan ban).
Perusahaan memerlukan tambahan dana sebagai salah satu sektor pendukung usahanya. Sedangkan sumber dana yang paling murah adalah dengan menjual saham kepada publik di pasar modal. Khusus untuk industri perusahaan manufaktur terdapat lebih dari 153 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Investasi dalam saham merupakan hal yang beresiko oleh sebab itu investor sebagai pihak yang menanamkan modal akan sangat berhati-hati dalam memilih saham mana yang akan dipilih. Salah satu pertimbangan untuk melihat tingkat kinerja perusahaan adalah dari faktor fundamental. Salah satunya adalah Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). Return on assets adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki pada masa lalu sedangkan return on equity adalah kemampuan perusahaan mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Kedua faktor tersebut sudah tercantum dalam setiap laporan keuangan perusahaan sehingga lebih mudah bagi investor dalam mengalisisnya untuk kemudian dijadikan dasar menentukan kebijakan portofolio. Banyak penelitian yang meneliti faktor fundamental terhadap harga saham seperti dalam penelitian yang dilakukan Nainggolan (2008), yaitu menganalisis pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitiannya merupakan studi terhadap 30 perusahaan manufaktur yang go public di BEI dalam periode 3 tahun (2004-2006) dengan mengasumsikan bahwa harga saham dipengaruhi oleh ROA, DER, ROE dan BVS. Setelah melakukan pengujian terhadap hipotesis diperoleh bahwa hasil faktor fundamental seperti return on assets, debt to equity ratio, return on equity, dan book value pershare tidak mempengaruhi harga saham.
Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi harga saham adalah nilai tukar rupiah terhadap kurs dollar. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap kurs dollar harus disikapi bijak oleh pemerintah. Indonesia menganut sistem Floating Rate atau kurs mengambang. Artinya, perubahan dan fluktuasi kurs dapat terjadi kapan saja. Untuk meminimalisir besarnya resiko kurs yang harus dihadapi emiten maka harus ada kebijakan moneter yang tepat. Berdasarkan perdagangan saham di BEI, Jumat (7/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali anjlok dalam, yaitu 71 poin atau 2,53 persen, menjadi 2.739. Menyebabkan nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia ditutup di level Rp 9.293, melemah dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya Rp 9.205 per dollar AS. Pada hari Kamis, kurs rupiah juga jatuh signifikan dari Rp 9.053 menjadi Rp 9.205 per dollar AS (Kompas, Mei 2010). Hal ini membuat para investor khawatir terhadap investasi akan saham. Sehingga perlu adanya intervensi dari pemerintah untuk mengatasi fluktuasi kurs dollar yang mempengaruhi IHSG.
Fluktuasi Indeks Harga Saham Sektor Manufaktur (Manufacturing Sectoral Index atau MSI) memperlihatkan kondisi yang tidak menentu dalam kurun waktu tahun 2007-2009. Pada 31 Desember 2007 MSI ditutup pada level 403.006 poin menjadi 236.540 poin pada 31 Desember 2008 atau turun sebanyak 41,31% dari tahun sebelumnya. Pada 31 desember 2009 naik menjadi 529.023 poin atau meningkat sebanyak 123,65%. Tren perubahan MSI yang tidak stabil di atas mengindikasikan masih tidak menentunya perindutrian sektor manufaktur yang terdaftar di BEI. Hal ini terlihat dari besarnya nilai harga saham yang bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran akan saham sebagai nilai dari perusahaan yang dinilai oleh investor melalui kinerja keuangan emiten.
Berdasarkan beberapa fenomena di atas, bahwa ada pengaruh faktor fundamental yaitu ROA dan ROE terhadap harga saham begitu juga dengan fluktuasi dari nilai tukar kurs dollar yang tidak menentu. Demikian halnya dengan perkembangan naik turun MSI yang tidak menentu setiap tahun. Maka dari uraian diatas peneliti tertarik untuk menganalisis beberapa variabel di atas dengan judul : ”Pengaruh Return On Assets Dan Return On Equity Melalui Kurs Dollar Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Untuk menganalisis pengaruh return on assets dan return on equity terhadap kurs Dollar, (2)Untuk menganalisis pengaruh return on assets dan return on equity terhadap indeks harga saham,(3)Untuk menganalisis pengaruh kurs Dollar terhadap indeks harga saham,(4)Untuk menganalisis pengaruh return on assets, return on equity dan kurs Dollar terhadap indeks harga saham.

LANDASAN TEORI
Return on assets
Return on assets adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Dengan mengetahui rasio ini kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Dalam perusahaan, keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan (Husnan, 2002)
Return on equity
Return on equity adalah rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Para investor lebih tertarik pada seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan terhadap modal yang ia tanamkan. Alasannya adalah rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham perusahaan. Rasio ini menggunakan hubungan antara keuntungan setelah pajak dengan modal sendiri yang digunakan perusahaan. Modal sendiri adalah saham biasa, agio saham, laba ditahan, saham preferen dan cadangan-cadangan lain. Melihat hubungan-hubungan itu, return on equity tidak lain adalah rentabilitas ekonomi. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belum tentu merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan efisien (Riyanto, 1995). Semakin tinggi rasio ini menandakan kinerja perusahaan semakin baik atau efisien, nilai equity perusahaan akan meningkat dengan peningkatan rasio ini
Kurs Dollar
Nilai tukar mata uang suatu negara akan saling berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang negara lain. Perubahan nilai tukar mata uang tertentu akan mengakibatkan efek nyata dalam pengaruhnya terhadap perekonomian negara tersebut, terutama pada perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam aktivitas perdagangan internasional. Perubahan nilai tukar mata uang akan menghasilkan perubahan langsung pada harga-harga relatif domestik dan barang-barang impor. Secara umum pengaruh perubahan nilai tukar terhadap suatu perusahaan tergantung pada posisi perusahaan tersebut terhadap perubahan nilai tukar mata uang.
Indeks harga saham sektor manufaktur
Indeks harga saham sektor manufaktur adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham perusahaan manufaktur dalam suatu periode. Indeks ini berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah keadaan pasar sedang aktif atau sedang lesu. Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini sedang naik, stabil atau turun. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula.
Kajian teori
Nainggolan (2008), meneliti tentang pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan variabel yang digunakan dalam pengujian ROA, DER, ROE dan BVS. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah return on assets, debt to equity ratio, return on equity, dan book value pershare tidak mempengaruhi harga saham.
Nasution (2006) meneliti tentang pengaruh faktor fundamental dan teknikal terhadap harga saham properti yang terdaftar di bursa efek jakarta dengan variabel yang digunakan dalam pengujian yaitu ROI ,ROE, PER, DER, GPM, OPM, Indeks harga saham, Inventory Turn Over. Kesimpulan dari hasil penelitian bahwa faktor fundamental dan teknikal berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Kasim (2008) dalam jurnal “TRANSAKSI” edisi 5 /tahun III/ januari – juni 2008 meneliti tentang analisis pengaruh tingkat suku bunga dan inflasi melalui nilai tukar terhadap indek harga saham sektor manufaktur di bursa efek. Kesimpulan dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat suku bunga, inflasi, dan nilai tukar berpengaruh terhadap indek harga sektor manufaktur di BEI.
Handoko (2008) meneliti tentang pengaruh Economic Value Added , ROE, ROA, dan EPS terhadap perubahan harga saham perusahaan kategori LQ 45 pada BEJ. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah variabel Economic Value Added, Return on Equity, Return on Assets, dan Earning per Share secara serentak berpengaruh terhadap perubahan harga saham kategori LQ 45 pada Bursa Efek Jakarta.
Nurfadillah (2006) meneliti tentang pengaruh deviden payout ratio (DPR), earning per share (EPS), dan kurs dollar terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEJ, berdasarkan kesimpulan penelitian diketahui bahwa earning per share berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dividen payout ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan kurs Dollar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Hardiningsih (2001) meneliti tentang pengaruh faktor fundamental dan resiko ekonomi terhadap return saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta (Studi kasus Basic Industry and Chemical). Dengan variabel yang digunakan ROA, PBV, inflasi dan nilai tukar. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ROA, PBV, inflasi dan nilai tukar berpengaruh secara simultan terhadap return saham.

METODE PENELITIAN
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian secara dokumentasi dan arsip / studi pustaka yang menggunakan data sekunder. Metode dokumentasi adalah merupakan pengumpulan data dengan cara mencatat dan mempelajari dokumen–dokumen atau arsip–arsip yang relevan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan studi pustaka adalah metode yang dilakukan dengan cara mencari teori–teori yang relevan dengan pokok bahasan dan telaah terhadap teori tersebut. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi, dikumpulkan, dan diolah oleh pihak lain, biasanya dalam bentuk publikasi Penelitian arsip / studi pustaka memuat informasi historis dari objek penelitian. Pengumpulan data pada Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia untuk mencari informasi mengenai data variabel yang diperlukan mulai dari periode 2007-2009. Penelusuran data sekunder dilakukan secara manual karena format data berbentuk kertas hasil cetakan. Sedangkan variabel seperti Return On Assets (ROA) Dan Return On Equity (ROE) sudah tercantum pada IDX Monthly Report.. Data yang digunakan merupakan gabungan data antara perusahaan (cross section), dan antar waktu (time series) yang dikenal dengan metode pooled cross section – time series. Data yang akan diolah lebih lanjut dari data yang telah dikumpulkan di atas dapat dilihat secara lebih jelas pada tabel 1 berikut:

Tabel 1
Data variabel yang akan diolah
Variabel Indikator Ukuran Skala Sumber
ROA Rata-rata ROA akhir bulan Persen Rasio IDX
ROE Rata-rata ROE akhir bulan Persen Rasio IDX
Kurs Dollar Kurs tengah Dollar akhir bulan Rupiah Rasio BI
IHS-SM /MSI Kinerja saham manufaktur akhir bulan Point Rasio IDX

Hipotesis
Berdasarkan uraian pada penelitian ini maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Hipotesis 1 yaitu Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai tukar kurs dollar. Hipotesis 2 yaitu Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) tidak mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor Manufaktur. Hipotesis 3 yaitu Nilai tukar kurs dollar tidak mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor Manufaktur. Hipotesis 4 yaitu Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan nilai tukar kurs dollar tidak mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor Manufaktur.


PEMBAHASAN
Pengujian Hipotesis 1
Sesuai dengan paradigma konseptual penelitian yang mencerminkan hipotesis 1 yaitu pengaruh variabel return on assets (X1) dan return on equity (X2) terhadap nilai tukar kurs Dollar (X3). Hasil pengujian hipotesis tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2
Output AMOS 5


Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur pada tabel 4.6, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh X1 dan X2 secara simultan (Square Multiple Correlations) terhadap X3 adalah 0,668 pengaruh ini dikategorikan sangat kuat. Nilai menggambarkan bahwa variabel return on assets dan return on equity secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar kurs Dollar. Sedangkan pengaruh variabel lain di luar model yang tidak diteliti terhadap nilai tukar kurs Dollar adalah 0,332.
Selanjutnya pengujian secara parsial dengan menggunakan uji P dari hasil analisis jalur. Diketahui bahwa return on assets berpengaruh signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan return on equity berpengaruh tidak signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,187 lebih besar dari 0,05. Untuk melihat lebih jelas hubungan antara variabel yang diujikan dapat dilihat pada gambar 1 berikut:


Gambar 1
Koefisien Jalur Uji Hipotesis 1
Pengujian Hipotesis 2
Sesuai dengan paradigma konseptual penelitian yang mencerminkan hipotesis 2 yaitu pengaruh variabel return on assets (X1) dan return on equity (X2) terhadap indek harga saham sektor manufaktur (Y). Hasil pengujian hipotesis tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:








Tabel 3
Output AMOS 5




Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh X1 dan X2 secara simultan (Square Multiple Correlations) terhadap Y adalah 0,06 pengaruh ini dikategorikan sangat lemah. Nilai menggambarkan bahwa variabel return on assets dan return on equity secara bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap indek harga saham sektor manufaktur. Sedangkan pengaruh variabel lain yang tidak diteliti di luar model terhadap nilai tukar kurs Dollar adalah 0,94.
Selanjutnya pengujian secara parsial dengan menggunakan uji P dari hasil analisis jalur. Diketahui bahwa return on assets berpengaruh tidak signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,583 lebih besar dari 0,05 dan return on equity berpengaruh tidak signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,942 lebih besar dari 0,05. Untuk melihat lebih jelas hubungan antara variabel yang diujikan dapat dilihat pada gambar 2 berikut:


Gambar 2
Koefisien Jalur Uji Hipotesis 2

Pengujian Hipotesis 3
Sesuai dengan paradigma konseptual penelitian yang mencerminkan hipotesis 3 yaitu pengaruh variabel nilai tukar kurs Dollar (X3) terhadap indek harga saham sektor manufaktur (Y). Hasil pengujian hipotesis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4
Output AMOS 5


Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh X3 secara simultan (Square Multiple Correlations) terhadap Y adalah 0,223 pengaruh ini dikategorikan lemah. Nilai menggambarkan bahwa variabel nilai tukar kurs Dollar berpengaruh secara signifikan terhadap indek harga saham sektor manufaktur. Sedangkan pengaruh variabel lain diluar model yang tidak diteliti terhadap nilai tukar kurs Dollar adalah 0,777.
Selanjutnya pengujian secara parsial dengan menggunakan uji P dari hasil analisis jalur. Diketahui bahwa nilai tukar kurs Dollar berpengaruh secara signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,002 lebih kecil dari 0,05. Untuk melihat lebih jelas hubungan antara variabel yang diujikan dapat dilihat pada gambar 3 berikut:

Gambar 3
Koefisien Jalur Uji Hipotesis 3

Pengujian Hipotesis 4
Sesuai dengan paradigma konseptual penelitian yang mencerminkan hipotesis 4 yaitu pengaruh variabel return on assets (X1) dan return on equity (X2) melalui nilai tukar kurs Dollar (X3) terhadap indek harga saham sektor manufaktur (Y). Hasil pengujian hipotesis tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5
Output AMOS 5


Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh return on assets (X1), return on equity (X2) nilai tukar kurs Dollar (X3) secara simultan (Square Multiple Correlations) terhadap indek harga saham sektor manufaktur (Y) adalah 0,289 pengaruh ini dikategorikan lemah. Nilai menggambarkan bahwa pengaruh variabel internal dan eksternal secara bersama-sama mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap indek harga saham sektor manufaktur. Sedangkan pengaruh variabel lain di luar model yang tidak diteliti terhadap nilai tukar kurs Dollar adalah 0,711. Besarnya hubungan antara return on assets dan return on equity sebesar 0,911 korelasi ini dikategorikan sangat kuat.
Selanjutnya pengujian secara parsial dengan menggunakan uji P dari hasil analisis jalur. Diketahui bahwa nilai return on assets berpengaruh tidak signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,117 lebih besar dari 0,05 return on equity berpengaruh tidak signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,417 lebih besar dari 0,05. Sedangkan nilai tukar kurs Dollar berpengaruh signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,000 lebih kecil dari 0,05. Untuk melihat lebih jelas hubungan antara variabel yang diujikan dapat dilihat pada gambar 4 berikut:

Gambar 4
Koefisien Jalur Uji Hipotesis 4

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa (1) bahwa return on assets mempengaruhi kurs Dollar secara signifikan. Hal ini disebabkan perusahaan mampu menggunakan assets yang dimiliki secara optimal sehingga menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan yang memnyebabkan kenaikan nilai tukar. Sedangkan return on equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kurs Dollar. Hal ini disebabkan kenaikan jumlah laba yang dihasilkan lebih kecil dari besarnya modal yang dimiliki sehingga mempengaruhi stabilitas nilai tukar. (2) return on assets dan return on equity tidak mempengaruhi indeks harga saham secara signifikan. Hal ini dapat disebabkan banyaknya indikator yang secara langsung dan tidak langsung dapat menyebabkan naik turunnya indeks harga di Bursa Efek Indonesia. (3) bahwa kurs Dollar mempengaruhi indeks harga saham secara signifikan. Hal ini disebabkan kenaikan nilai tukar kurs Dollar akan membuat para investor lebih memilih mendepositokan modalnya daripada menginvestasikannya di pasar modal, sehingga menghambat pertumbuhan indeks harga saham. (4) return on assets dan return on equity tidak mempengaruhi indeks harga saham secara signifikan. Hal ini dapat disebabkan banyaknya indikator yang secara langsung dan tidak langsung dapat menyebabkan naik turunnya indeks harga di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan kurs Dollar mempengaruhi indeks harga saham secara signifikan. Sebagai salah satu indikator ekonomi makro maka naik turunnya nilai tukar mempengaruhi perubahan indeks saham Hal ini disebabkan penurunan nilai tukar kurs Dollar akan membuat para investor tertarik untuk bermain saham dengan menginvestasikannya modalnya di pasar modal, sehingga mendorong pertumbuhan indeks harga saham.



DAFTAR PUSTAKA

Arburkle, J.L. 2007. AMOS 16 User’s Guide. Amos Development Corporation:United States Of America.
Bank Indonesia. 2010. Laporan Indikator Moneter : Kurs Tengah Rupiah Terhadap Dollar Amerika : Januari 2007 s/d Desember 2009. Published at www.bi.go.id
Bapepam.go.id. UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. From http://www.bapepam.go.id/old/hukum/uupm/index.htm, 25 Mei 2010.
Bursa Efek Indonesia. 2010. IDX Index List (Monthly Report): Januari 2007 s/d Desember 2009. Published at www.idx.co.id.
Damodar, G. Alih Bahasa Sumarno Zain. 1991. Ekonometrika Dasar, Cetakan Kedua. Erlangga:Bandung.
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro: Semarang.
Handoko, W. 2008. Pengaruh Economic Value Added , ROE, ROA, Dan EPS Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Kategori LQ 45 Pada Bursa Efek Jakarta. Unpublished Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hardiningsih, P. 2001. Pengaruh Faktor Fundamental Dan Resiko Ekonomi Terhadap Return Saham Perusahaan Di Bursa Efek Jakarta (Studi kasus Basic Industry and Chemical). Published Thesis at eprints.undip.ac.id. Universitas Diponegoro: Semarang.
Harianto, F. dan Siswanto S. 1998. Perangkat dan Teknik Analisis Investasi Di Pasar Modal Indonesia. PT Bursa Efek Indonesia:Indonesia.
Husnan, S. 2002. Dasar-Dasar Teori Portofolio, Analisis Sekuritas di Pasar Modal, Edisi Revisi. BPFE:Yogyakarta.
Jogiyanto,H.M. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Pertama, BPFE UGM:Yogyakarta.
Kasim, M.Y. 2008. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi Melalui Nilai Tukar Terhadap Indek Harga Saham Sektor Manufaktur Di Bursa Efek - Jurnal Transaksi, Edisi 5/Tahun III/Januari-Juni 2008:543-564.
Kompas.com (Mei 2010). Masih Lemas, Rupiah Dekati 9200. From http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/05/19/10361820/Masih.Lemas..Rupiah.Dekati.9.200, 25 Mei 2010.
Nainggolan, S.G.V. 2008. Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Published Thesis at repository.usu.ac.id. Univesitas Sumatra Utara: Medan.
Nasution, A.I.L. 2006. Tentang Pengaruh Faktor Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Published Thesis at repository.usu.ac.id. Universitas Sumatra Utara:Medan.
Nurfadillah. 2006. Pengaruh Deviden Payout Ratio (DPR), Earning Per Share (EPS), Dan Kurs Dollar Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Unpublished Skripsi. Universitas Islam Indonesia:Yogyakarta.
Pratisto, A. 2009. Statistik Menjadi Mudah Dengan SPSS 17. PT Elex Media Komputindo:Jakarta.
Riyanto, B. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Gajah Mada University Press:Yogyakarta.
Setiaji, B. 2004. Panduan Riset Dengan Pendekatan Kuantitatif. Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta:Bandung.
Uma, S. 1992. Research Methods For Business. Second Edition, John Wiley Inc. United States of America.