Sabtu, 09 Oktober 2010

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS DAN RETURN ON EQUITY MELALUI KURS DOLLAR TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS DAN RETURN ON EQUITY MELALUI KURS DOLLAR TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Agung Maulana¹
Didin Mukodim²

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2010.


ABSTRACT

This study aims to analyze the phenomenon of the movement of stock price index in the manufacturing sector which is a collection of stocks of manufacturing industry in Indonesia Stock Exchange are influenced by various factors: internal factors related to company performance such as return on assets and return on equity as well as external factors are symptoms macroeconomic fluctuations in dollar exchange rate as the period 2007 to 2009. The analytical tool used in this research is path analysis using the software Analysis Of Moment Structure (AMOS) version 5 for Windows. The results as a whole can be concluded that the variable return on assets and return on equity has no effect due to the number of internal influences that have more influence on stock index while the dollar exchange rate effect on stock price index due to macro-economic indicators affecting the sale value of shares following the market mechanism.
Keywords: Return on assets, return on equity, Dollar exchange rate and Manufacturing Sectoral Index.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena pergerakan indeks harga saham sektor manufaktur yang merupakan kumpulan saham-saham industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor internal yang berhubungan dengan kinerja perusahaan seperti return on assets dan return on equity maupun faktor eksternal yaitu gejala ekonomi makro seperti fluktuasi kurs dollar periode 2007 sampai dengan 2009. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur dengan menggunakan software Analysis Of Moment Structure (AMOS) versi 5 for Windows. Hasil penelitian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel return on assets dan return on equity tidak berpengaruh diakibatkan banyaknya pengaruh internal yang lebih berpengaruh terhadap indek saham sedangkan kurs dollar berpengaruh terhadap indeks harga saham diakibatkan indikator ekonomi makro mempengaruhi besarnya nilai jual saham yang mengikuti mekanisme pasar.
Kata Kunci: Return on assets, return on equity, kurs Dollar, dan indeks harga saham sektor manufaktur.



PENDAHULUAN
Perkembangan dunia usaha global yang semakin kompetitif mempengaruhi kondisi perekonomian suatu negara. Persaingan global yang sedemikian ketatnya mendorong pemerintah untuk lebih memperhatikan berbagai aspek, khususnya aspek ekonomi. Begitu juga dengan pelaku usaha agar lebih aktif dalam menghadapi globalisasi untuk menarik investor domestik dan mancanegara. Salah satu tempat bagi pelaku usaha dan investor bertemu adalah pasar modal. Salah satu bentuk pasar modal yang ada di Indonesia adalah BEI (Bursa Efek Indonesia). Perusahaan yang terdaftar di BEI dikelompokkan menurut bidang usaha ditetapkan empat kelompok industri prioritas, yaitu industri berbasis pertanian atau agro (pengolahan kelapa sawit, pengalengan ikan, karet, kayu, cokelat, dan lain-lain), industri alat-alat transportasi (kendaraan bermotor, perkapalan, dan kedirgantaraan), industri telematika (informasi dan telekomunikasi) dan manufaktur (tekstil, alas kaki, keramik, elektronik, konsumsi, kertas, dan ban).
Perusahaan memerlukan tambahan dana sebagai salah satu sektor pendukung usahanya. Sedangkan sumber dana yang paling murah adalah dengan menjual saham kepada publik di pasar modal. Khusus untuk industri perusahaan manufaktur terdapat lebih dari 153 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Investasi dalam saham merupakan hal yang beresiko oleh sebab itu investor sebagai pihak yang menanamkan modal akan sangat berhati-hati dalam memilih saham mana yang akan dipilih. Salah satu pertimbangan untuk melihat tingkat kinerja perusahaan adalah dari faktor fundamental. Salah satunya adalah Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). Return on assets adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki pada masa lalu sedangkan return on equity adalah kemampuan perusahaan mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Kedua faktor tersebut sudah tercantum dalam setiap laporan keuangan perusahaan sehingga lebih mudah bagi investor dalam mengalisisnya untuk kemudian dijadikan dasar menentukan kebijakan portofolio. Banyak penelitian yang meneliti faktor fundamental terhadap harga saham seperti dalam penelitian yang dilakukan Nainggolan (2008), yaitu menganalisis pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitiannya merupakan studi terhadap 30 perusahaan manufaktur yang go public di BEI dalam periode 3 tahun (2004-2006) dengan mengasumsikan bahwa harga saham dipengaruhi oleh ROA, DER, ROE dan BVS. Setelah melakukan pengujian terhadap hipotesis diperoleh bahwa hasil faktor fundamental seperti return on assets, debt to equity ratio, return on equity, dan book value pershare tidak mempengaruhi harga saham.
Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi harga saham adalah nilai tukar rupiah terhadap kurs dollar. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap kurs dollar harus disikapi bijak oleh pemerintah. Indonesia menganut sistem Floating Rate atau kurs mengambang. Artinya, perubahan dan fluktuasi kurs dapat terjadi kapan saja. Untuk meminimalisir besarnya resiko kurs yang harus dihadapi emiten maka harus ada kebijakan moneter yang tepat. Berdasarkan perdagangan saham di BEI, Jumat (7/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali anjlok dalam, yaitu 71 poin atau 2,53 persen, menjadi 2.739. Menyebabkan nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia ditutup di level Rp 9.293, melemah dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya Rp 9.205 per dollar AS. Pada hari Kamis, kurs rupiah juga jatuh signifikan dari Rp 9.053 menjadi Rp 9.205 per dollar AS (Kompas, Mei 2010). Hal ini membuat para investor khawatir terhadap investasi akan saham. Sehingga perlu adanya intervensi dari pemerintah untuk mengatasi fluktuasi kurs dollar yang mempengaruhi IHSG.
Fluktuasi Indeks Harga Saham Sektor Manufaktur (Manufacturing Sectoral Index atau MSI) memperlihatkan kondisi yang tidak menentu dalam kurun waktu tahun 2007-2009. Pada 31 Desember 2007 MSI ditutup pada level 403.006 poin menjadi 236.540 poin pada 31 Desember 2008 atau turun sebanyak 41,31% dari tahun sebelumnya. Pada 31 desember 2009 naik menjadi 529.023 poin atau meningkat sebanyak 123,65%. Tren perubahan MSI yang tidak stabil di atas mengindikasikan masih tidak menentunya perindutrian sektor manufaktur yang terdaftar di BEI. Hal ini terlihat dari besarnya nilai harga saham yang bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran akan saham sebagai nilai dari perusahaan yang dinilai oleh investor melalui kinerja keuangan emiten.
Berdasarkan beberapa fenomena di atas, bahwa ada pengaruh faktor fundamental yaitu ROA dan ROE terhadap harga saham begitu juga dengan fluktuasi dari nilai tukar kurs dollar yang tidak menentu. Demikian halnya dengan perkembangan naik turun MSI yang tidak menentu setiap tahun. Maka dari uraian diatas peneliti tertarik untuk menganalisis beberapa variabel di atas dengan judul : ”Pengaruh Return On Assets Dan Return On Equity Melalui Kurs Dollar Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Untuk menganalisis pengaruh return on assets dan return on equity terhadap kurs Dollar, (2)Untuk menganalisis pengaruh return on assets dan return on equity terhadap indeks harga saham,(3)Untuk menganalisis pengaruh kurs Dollar terhadap indeks harga saham,(4)Untuk menganalisis pengaruh return on assets, return on equity dan kurs Dollar terhadap indeks harga saham.

LANDASAN TEORI
Return on assets
Return on assets adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Dengan mengetahui rasio ini kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Dalam perusahaan, keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan (Husnan, 2002)
Return on equity
Return on equity adalah rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Para investor lebih tertarik pada seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan terhadap modal yang ia tanamkan. Alasannya adalah rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham perusahaan. Rasio ini menggunakan hubungan antara keuntungan setelah pajak dengan modal sendiri yang digunakan perusahaan. Modal sendiri adalah saham biasa, agio saham, laba ditahan, saham preferen dan cadangan-cadangan lain. Melihat hubungan-hubungan itu, return on equity tidak lain adalah rentabilitas ekonomi. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belum tentu merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan efisien (Riyanto, 1995). Semakin tinggi rasio ini menandakan kinerja perusahaan semakin baik atau efisien, nilai equity perusahaan akan meningkat dengan peningkatan rasio ini
Kurs Dollar
Nilai tukar mata uang suatu negara akan saling berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang negara lain. Perubahan nilai tukar mata uang tertentu akan mengakibatkan efek nyata dalam pengaruhnya terhadap perekonomian negara tersebut, terutama pada perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam aktivitas perdagangan internasional. Perubahan nilai tukar mata uang akan menghasilkan perubahan langsung pada harga-harga relatif domestik dan barang-barang impor. Secara umum pengaruh perubahan nilai tukar terhadap suatu perusahaan tergantung pada posisi perusahaan tersebut terhadap perubahan nilai tukar mata uang.
Indeks harga saham sektor manufaktur
Indeks harga saham sektor manufaktur adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham perusahaan manufaktur dalam suatu periode. Indeks ini berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah keadaan pasar sedang aktif atau sedang lesu. Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini sedang naik, stabil atau turun. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula.
Kajian teori
Nainggolan (2008), meneliti tentang pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan variabel yang digunakan dalam pengujian ROA, DER, ROE dan BVS. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah return on assets, debt to equity ratio, return on equity, dan book value pershare tidak mempengaruhi harga saham.
Nasution (2006) meneliti tentang pengaruh faktor fundamental dan teknikal terhadap harga saham properti yang terdaftar di bursa efek jakarta dengan variabel yang digunakan dalam pengujian yaitu ROI ,ROE, PER, DER, GPM, OPM, Indeks harga saham, Inventory Turn Over. Kesimpulan dari hasil penelitian bahwa faktor fundamental dan teknikal berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Kasim (2008) dalam jurnal “TRANSAKSI” edisi 5 /tahun III/ januari – juni 2008 meneliti tentang analisis pengaruh tingkat suku bunga dan inflasi melalui nilai tukar terhadap indek harga saham sektor manufaktur di bursa efek. Kesimpulan dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat suku bunga, inflasi, dan nilai tukar berpengaruh terhadap indek harga sektor manufaktur di BEI.
Handoko (2008) meneliti tentang pengaruh Economic Value Added , ROE, ROA, dan EPS terhadap perubahan harga saham perusahaan kategori LQ 45 pada BEJ. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah variabel Economic Value Added, Return on Equity, Return on Assets, dan Earning per Share secara serentak berpengaruh terhadap perubahan harga saham kategori LQ 45 pada Bursa Efek Jakarta.
Nurfadillah (2006) meneliti tentang pengaruh deviden payout ratio (DPR), earning per share (EPS), dan kurs dollar terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEJ, berdasarkan kesimpulan penelitian diketahui bahwa earning per share berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dividen payout ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan kurs Dollar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Hardiningsih (2001) meneliti tentang pengaruh faktor fundamental dan resiko ekonomi terhadap return saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta (Studi kasus Basic Industry and Chemical). Dengan variabel yang digunakan ROA, PBV, inflasi dan nilai tukar. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ROA, PBV, inflasi dan nilai tukar berpengaruh secara simultan terhadap return saham.

METODE PENELITIAN
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian secara dokumentasi dan arsip / studi pustaka yang menggunakan data sekunder. Metode dokumentasi adalah merupakan pengumpulan data dengan cara mencatat dan mempelajari dokumen–dokumen atau arsip–arsip yang relevan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan studi pustaka adalah metode yang dilakukan dengan cara mencari teori–teori yang relevan dengan pokok bahasan dan telaah terhadap teori tersebut. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi, dikumpulkan, dan diolah oleh pihak lain, biasanya dalam bentuk publikasi Penelitian arsip / studi pustaka memuat informasi historis dari objek penelitian. Pengumpulan data pada Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia untuk mencari informasi mengenai data variabel yang diperlukan mulai dari periode 2007-2009. Penelusuran data sekunder dilakukan secara manual karena format data berbentuk kertas hasil cetakan. Sedangkan variabel seperti Return On Assets (ROA) Dan Return On Equity (ROE) sudah tercantum pada IDX Monthly Report.. Data yang digunakan merupakan gabungan data antara perusahaan (cross section), dan antar waktu (time series) yang dikenal dengan metode pooled cross section – time series. Data yang akan diolah lebih lanjut dari data yang telah dikumpulkan di atas dapat dilihat secara lebih jelas pada tabel 1 berikut:

Tabel 1
Data variabel yang akan diolah
Variabel Indikator Ukuran Skala Sumber
ROA Rata-rata ROA akhir bulan Persen Rasio IDX
ROE Rata-rata ROE akhir bulan Persen Rasio IDX
Kurs Dollar Kurs tengah Dollar akhir bulan Rupiah Rasio BI
IHS-SM /MSI Kinerja saham manufaktur akhir bulan Point Rasio IDX

Hipotesis
Berdasarkan uraian pada penelitian ini maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Hipotesis 1 yaitu Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai tukar kurs dollar. Hipotesis 2 yaitu Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) tidak mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor Manufaktur. Hipotesis 3 yaitu Nilai tukar kurs dollar tidak mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor Manufaktur. Hipotesis 4 yaitu Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan nilai tukar kurs dollar tidak mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor Manufaktur.


PEMBAHASAN
Pengujian Hipotesis 1
Sesuai dengan paradigma konseptual penelitian yang mencerminkan hipotesis 1 yaitu pengaruh variabel return on assets (X1) dan return on equity (X2) terhadap nilai tukar kurs Dollar (X3). Hasil pengujian hipotesis tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2
Output AMOS 5


Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur pada tabel 4.6, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh X1 dan X2 secara simultan (Square Multiple Correlations) terhadap X3 adalah 0,668 pengaruh ini dikategorikan sangat kuat. Nilai menggambarkan bahwa variabel return on assets dan return on equity secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar kurs Dollar. Sedangkan pengaruh variabel lain di luar model yang tidak diteliti terhadap nilai tukar kurs Dollar adalah 0,332.
Selanjutnya pengujian secara parsial dengan menggunakan uji P dari hasil analisis jalur. Diketahui bahwa return on assets berpengaruh signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan return on equity berpengaruh tidak signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,187 lebih besar dari 0,05. Untuk melihat lebih jelas hubungan antara variabel yang diujikan dapat dilihat pada gambar 1 berikut:


Gambar 1
Koefisien Jalur Uji Hipotesis 1
Pengujian Hipotesis 2
Sesuai dengan paradigma konseptual penelitian yang mencerminkan hipotesis 2 yaitu pengaruh variabel return on assets (X1) dan return on equity (X2) terhadap indek harga saham sektor manufaktur (Y). Hasil pengujian hipotesis tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:








Tabel 3
Output AMOS 5




Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh X1 dan X2 secara simultan (Square Multiple Correlations) terhadap Y adalah 0,06 pengaruh ini dikategorikan sangat lemah. Nilai menggambarkan bahwa variabel return on assets dan return on equity secara bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap indek harga saham sektor manufaktur. Sedangkan pengaruh variabel lain yang tidak diteliti di luar model terhadap nilai tukar kurs Dollar adalah 0,94.
Selanjutnya pengujian secara parsial dengan menggunakan uji P dari hasil analisis jalur. Diketahui bahwa return on assets berpengaruh tidak signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,583 lebih besar dari 0,05 dan return on equity berpengaruh tidak signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,942 lebih besar dari 0,05. Untuk melihat lebih jelas hubungan antara variabel yang diujikan dapat dilihat pada gambar 2 berikut:


Gambar 2
Koefisien Jalur Uji Hipotesis 2

Pengujian Hipotesis 3
Sesuai dengan paradigma konseptual penelitian yang mencerminkan hipotesis 3 yaitu pengaruh variabel nilai tukar kurs Dollar (X3) terhadap indek harga saham sektor manufaktur (Y). Hasil pengujian hipotesis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4
Output AMOS 5


Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh X3 secara simultan (Square Multiple Correlations) terhadap Y adalah 0,223 pengaruh ini dikategorikan lemah. Nilai menggambarkan bahwa variabel nilai tukar kurs Dollar berpengaruh secara signifikan terhadap indek harga saham sektor manufaktur. Sedangkan pengaruh variabel lain diluar model yang tidak diteliti terhadap nilai tukar kurs Dollar adalah 0,777.
Selanjutnya pengujian secara parsial dengan menggunakan uji P dari hasil analisis jalur. Diketahui bahwa nilai tukar kurs Dollar berpengaruh secara signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,002 lebih kecil dari 0,05. Untuk melihat lebih jelas hubungan antara variabel yang diujikan dapat dilihat pada gambar 3 berikut:

Gambar 3
Koefisien Jalur Uji Hipotesis 3

Pengujian Hipotesis 4
Sesuai dengan paradigma konseptual penelitian yang mencerminkan hipotesis 4 yaitu pengaruh variabel return on assets (X1) dan return on equity (X2) melalui nilai tukar kurs Dollar (X3) terhadap indek harga saham sektor manufaktur (Y). Hasil pengujian hipotesis tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5
Output AMOS 5


Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh return on assets (X1), return on equity (X2) nilai tukar kurs Dollar (X3) secara simultan (Square Multiple Correlations) terhadap indek harga saham sektor manufaktur (Y) adalah 0,289 pengaruh ini dikategorikan lemah. Nilai menggambarkan bahwa pengaruh variabel internal dan eksternal secara bersama-sama mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap indek harga saham sektor manufaktur. Sedangkan pengaruh variabel lain di luar model yang tidak diteliti terhadap nilai tukar kurs Dollar adalah 0,711. Besarnya hubungan antara return on assets dan return on equity sebesar 0,911 korelasi ini dikategorikan sangat kuat.
Selanjutnya pengujian secara parsial dengan menggunakan uji P dari hasil analisis jalur. Diketahui bahwa nilai return on assets berpengaruh tidak signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,117 lebih besar dari 0,05 return on equity berpengaruh tidak signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,417 lebih besar dari 0,05. Sedangkan nilai tukar kurs Dollar berpengaruh signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai P hitung 0,000 lebih kecil dari 0,05. Untuk melihat lebih jelas hubungan antara variabel yang diujikan dapat dilihat pada gambar 4 berikut:

Gambar 4
Koefisien Jalur Uji Hipotesis 4

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa (1) bahwa return on assets mempengaruhi kurs Dollar secara signifikan. Hal ini disebabkan perusahaan mampu menggunakan assets yang dimiliki secara optimal sehingga menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan yang memnyebabkan kenaikan nilai tukar. Sedangkan return on equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kurs Dollar. Hal ini disebabkan kenaikan jumlah laba yang dihasilkan lebih kecil dari besarnya modal yang dimiliki sehingga mempengaruhi stabilitas nilai tukar. (2) return on assets dan return on equity tidak mempengaruhi indeks harga saham secara signifikan. Hal ini dapat disebabkan banyaknya indikator yang secara langsung dan tidak langsung dapat menyebabkan naik turunnya indeks harga di Bursa Efek Indonesia. (3) bahwa kurs Dollar mempengaruhi indeks harga saham secara signifikan. Hal ini disebabkan kenaikan nilai tukar kurs Dollar akan membuat para investor lebih memilih mendepositokan modalnya daripada menginvestasikannya di pasar modal, sehingga menghambat pertumbuhan indeks harga saham. (4) return on assets dan return on equity tidak mempengaruhi indeks harga saham secara signifikan. Hal ini dapat disebabkan banyaknya indikator yang secara langsung dan tidak langsung dapat menyebabkan naik turunnya indeks harga di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan kurs Dollar mempengaruhi indeks harga saham secara signifikan. Sebagai salah satu indikator ekonomi makro maka naik turunnya nilai tukar mempengaruhi perubahan indeks saham Hal ini disebabkan penurunan nilai tukar kurs Dollar akan membuat para investor tertarik untuk bermain saham dengan menginvestasikannya modalnya di pasar modal, sehingga mendorong pertumbuhan indeks harga saham.



DAFTAR PUSTAKA

Arburkle, J.L. 2007. AMOS 16 User’s Guide. Amos Development Corporation:United States Of America.
Bank Indonesia. 2010. Laporan Indikator Moneter : Kurs Tengah Rupiah Terhadap Dollar Amerika : Januari 2007 s/d Desember 2009. Published at www.bi.go.id
Bapepam.go.id. UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. From http://www.bapepam.go.id/old/hukum/uupm/index.htm, 25 Mei 2010.
Bursa Efek Indonesia. 2010. IDX Index List (Monthly Report): Januari 2007 s/d Desember 2009. Published at www.idx.co.id.
Damodar, G. Alih Bahasa Sumarno Zain. 1991. Ekonometrika Dasar, Cetakan Kedua. Erlangga:Bandung.
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro: Semarang.
Handoko, W. 2008. Pengaruh Economic Value Added , ROE, ROA, Dan EPS Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Kategori LQ 45 Pada Bursa Efek Jakarta. Unpublished Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hardiningsih, P. 2001. Pengaruh Faktor Fundamental Dan Resiko Ekonomi Terhadap Return Saham Perusahaan Di Bursa Efek Jakarta (Studi kasus Basic Industry and Chemical). Published Thesis at eprints.undip.ac.id. Universitas Diponegoro: Semarang.
Harianto, F. dan Siswanto S. 1998. Perangkat dan Teknik Analisis Investasi Di Pasar Modal Indonesia. PT Bursa Efek Indonesia:Indonesia.
Husnan, S. 2002. Dasar-Dasar Teori Portofolio, Analisis Sekuritas di Pasar Modal, Edisi Revisi. BPFE:Yogyakarta.
Jogiyanto,H.M. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Pertama, BPFE UGM:Yogyakarta.
Kasim, M.Y. 2008. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi Melalui Nilai Tukar Terhadap Indek Harga Saham Sektor Manufaktur Di Bursa Efek - Jurnal Transaksi, Edisi 5/Tahun III/Januari-Juni 2008:543-564.
Kompas.com (Mei 2010). Masih Lemas, Rupiah Dekati 9200. From http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/05/19/10361820/Masih.Lemas..Rupiah.Dekati.9.200, 25 Mei 2010.
Nainggolan, S.G.V. 2008. Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Published Thesis at repository.usu.ac.id. Univesitas Sumatra Utara: Medan.
Nasution, A.I.L. 2006. Tentang Pengaruh Faktor Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Published Thesis at repository.usu.ac.id. Universitas Sumatra Utara:Medan.
Nurfadillah. 2006. Pengaruh Deviden Payout Ratio (DPR), Earning Per Share (EPS), Dan Kurs Dollar Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Unpublished Skripsi. Universitas Islam Indonesia:Yogyakarta.
Pratisto, A. 2009. Statistik Menjadi Mudah Dengan SPSS 17. PT Elex Media Komputindo:Jakarta.
Riyanto, B. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Gajah Mada University Press:Yogyakarta.
Setiaji, B. 2004. Panduan Riset Dengan Pendekatan Kuantitatif. Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta:Bandung.
Uma, S. 1992. Research Methods For Business. Second Edition, John Wiley Inc. United States of America.

Kamis, 25 Maret 2010

tugas manajemen strategik

ANALISIS MANAJEMEN STRATEGIK PADA PT GRAMEDIA ASRI MEDIA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha di era globalisasi ini sangatlah pesat, persaingan antar perusahan dengan kompetitor semakin ketat. Apalagi kemajuan teknologi yang sangat mendukung kemajuan dan kesuksesan suatu usaha. Untuk menjadi yang terbaik sebuah perusahaan tidak akan pernah lepas dari pemasaran. Pemasaran modern tidak hanya sekedar memasarkan produknya yang bagus, menetapkan harga yang menarik dan membuat produk terjangkau oleh konsumen, tetapi perusahaan juga harus berkomunikasi dengan konsumen. Komunikasi tersebut dapat dilakukan perusahaan melalui kegiatan promosi.
Tak bisa dipungkiri bahwa distribusi merupakan mata rantai yang lemah dalam dunia bisnis di Indonesia. Penerbit dan percetakan saja tidaklah cukup untuk dapat mendistribusikan produk secara merata ke seluruh pelosok tanah air. Itulah sebabnya Kelompok Kompas - Gramedia (KKG) mendirikan jaringan toko buku, dengan maksud memperkuat penyebaran produk, tanpa berkeinginan untuk lepas dari jaringan distribusi yang ada.
Dalam kasus ini, penyusun mengambil studi kasus pada PT Gramedia Asri Media untuk dianalisis bagaimana pihak manajemen melakukan strateginya. Dibawah ini akan dibahas bagaimana kegiatan manajemen strategiknya.

1.2 Perumusan Masalah
1. Strategi apa yang diterapkan PT Gramedia Asri Media untuk dapat mempertahankan bisnisnya?
2. Apa saja keunggulan yang dimiliki PT Gramedia Asri Media untuk dapat bersaing dengan produsen baja lainnya?
3. Bagaimana PT Gramedia Asri Media mengatasi kelemahannya untuk dapat bersaing dengan produsen baja lainnya?
4. Bagaimana peluang PT Gramedia Asri Media di masa yang akan datang untuk mempertahankan bisnisnya?

BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


Salah satu toko buku Gramedia
MISI:
Ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa dengan menyebarluaskan penegtahuan plus informasi melalui berbagai sarana usaha ritel dan distribusi buku , alat sekolah dan kantor serta produk multimedia, ditandai dengan pelayanan unggul, manajemen proaktif dan perilaku bisnis yang sehat
PT Gramedia Asri Media adalah anak perusahaan Kelompok Kompas Gramedia yang menyediakan jaringan toko buku dengan nama Toko Buku Gramedia di beberapa kota di Indonesia.
Toko Buku Gramedia didirikan pada tanggal 02 Februari 1970 oleh P.K. Ojong, yang juga merupakan pendiri KKG, dengan misi turut serta menyebarkan produk pendidikan dan informasi, demi tercapainya cita-cita bersama mencerdaskan kehidupan bangsa, menuju masyarakat baru Indonesia yang berkehidupan Pancasila.
Dari sebuah toko buku kecil berukuran 25 m2, yang berlokasi di Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, Toko Buku Gramedia sampai tahun 2002 telah tumbuh dan berkembang menjadi 50 toko, yang tersebar dibeberapa kota utama di Indonesia.Mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi, Toko Buku Gramedia membentuk 'Gramedia Online'. Selain menyediakan buku, toko-toko Gramedia juga menyediakan berbagai produk lain seperti alat tulis, perlengkapan kantor, alat olahraga, dll.
Perusahaan ini bekerja sama dengan penerbit-penerbit buku baik dalam maupun luar negeri. Dari kelompok usahanya sendiri, pemasok ke Toko Buku Gramedia antara lain adalah Gramedia Pustaka Utama, Elex Media Komputindo, Gramedia Widya Sarana,Bhuana Ilmu Populer, dan Gramedia Majalah, sementara dari luar negeri misalnya Prentice Hall, McGraw Hill, Addison Wesley, dll.

Ragam Produk dan Dukungan Pemasok
Semula pada saat berdiri Toko Buku Gramedia hanya menawarkan buku. Namun saat ini ragam produknya sudah semakin berkembang, antara lain: stationery, fancy, peralatan kantor, peralatan olahraga, dan produk berteknologi tinggi seperti CD-ROM, audio-video book, dan berbagai produk lain.
Pemasaran produk tersebut, didukung ratusan penerbit dan pemasok dalam dan luar negeri, termasuk didalamnya beberapa penerbit intern KKG, seperti : Gramedia Pustaka Utama, Elex Media Komputindo, Gramedia Widya Sarana, Bhuana Ilmu Populer, dan Penerbit Gramedia Majalah.

Departemen Impor
Departemen Impor bertugas khusus untuk mengelola dan mengembangkan jalinan kerja sama dengan penerbit luar negeri yang kini berjumlah lebih dari 250 penerbit. Penerbit luar negeri yang aktif menjalin kerja sama:
 Amerika Serikat: Simon & Schuster, Prentice Hall, McGraw Hill, Maxwell Macmillan, Addison Wesley, John Wiley, Harper Collins, Bantam, Random House, Baker & Taylor, dan lain-lain.
 Eropa: Penguin, Cambridge, Oxford, Elsevier, Grossohaus, Hachette, Longman, MacMillan UK, dan lain-lain.
 Asia: Kondasha, Japan Publication, Toppan, Canfonian, Asiapac, UBSPD, S. Chand, S.S. Mubaruk, Pan Pacific, Mighty Mind, Federal Publication, dan lain-lain.


BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
A. Kekuatan (Strength)
 Memiliki jaringan yang luas di seluruh Indonesia.
 Memiliki koneksi dengan penerbit-penerbit terkenal dari dalam dan luar negeri.
 Memiliki koleksi buku yang cukup lengkap.
 Menjual barang-barang selain buku seperti Alat Tulis Kantor (ATK) , perlengkapan olahraga.
 Toko yang luas dan nyaman.
 Tersedia tempat parkir yang luas.
 Pelayanan yang ramah dari karyawannya.
 Memiliki fasilitas pemesanan buku secara online.
 Sangat selektif dalam menjalin kerja sama dengan supplier.
 Memiliki beberapa anak perusahaan.

B. Kelemahan (Weakness)
 Toko hanya ada dikota-kota besar, belum menjangkau kota-kota kecil.
 Harga buku relatif mahal.
 Hanya menjual buku dengan merek ternama.
 Harga buku impor tergantung kurs dolar.
 Toko buku gramedia kurang menyediakan tempat baca yang nyaman.

C. Peluang (Opportunity)
 Toko Buku Gramedia dapat memperluas jaringan hingga ke kota-kota kecil.
 Toko Buku Gramedia dapat mengembangkan bisnisnya seperti menjual barang elektronik seperti komputer, laptop, dsb.
 Toko Buku Gramedia dapat menarik penulis maupun penerbit dalam negeri untuk meningkatkan kegemaran menulis dan membaca di Indonesia.
 Toko Buku Gramedia lebih sering mengadakan event book fair untuk meningkatkan omset penjualannya.
 Lebih meningkatkan lagi kualitas pelayanannya.

D. Ancaman (Threat)
 Serangan buku-buku bajakan yang lebih murah dari buku yang dijual Toko Buku Gramedia.
 Persaingan dengan toko buku lainnya yang menawarkan beberapa fasilitas.
 Persaingan pemesanan buku secara online seperti dari amazon.com, kaskus.us

Strategi Pemecahan Masalah
 Toko Buku Gramedia membangun jaringan toko buku di kota-kota kecil diseluruh Indonesia untuk menjangkau seluruh masyarakat.
 Lebih banyak menawarkan diskon dan “Happy Hour” untuk meningkatkan omset penjualan.
 Meningkatkan kualitas pelayanan dengan cepat dan tanggap terhadap keluhan konsumen.
 Lebih banyak menyediakan buku-buku dari penerbit dalam negeri agar lebih meningkatkan kegemaran menulis dan membaca pada masyarkat.
 Menyediakan tempat baca yang aman.
 Mengadakan event book fair secara berkala .
 Mengembangkan bisnisnya dengan menjual barang elektronik, komputer, laptop, dsb.
 Meningkatkan pelayanan pemesanan buku secara online untuk menjangkau daerah-daerah kecil di Indonesia.


BAB IV
KESIMPULAN

PT Gramedia Asri Media adalah anak perusahaan Kelompok Kompas Gramedia yang menyediakan jaringan toko buku dengan nama Toko Buku Gramedia di beberapa kota di Indonesia. Toko Buku Gramedia merupakan salah satu toko buku terbesar di Indonesia. Untuk dapat menjangkau seluruh daerah di Indonesia, Toko Buku Gramedia menyediakan fasilitas pembelian buku secara online melaui situs gramedia.com.
Toko Buku Gramedia menerapkan strategi yang baik dalam mempertahankan bisnisnya, seperti jaringan yang luas, tempat yang luas dan nyaman, kualitas buku yang baik dan lain sebagainya. Akan tetapi Toko Buku Gramedia juga memiliki kelemahan, ancaman, dan peluang yang dapat dimanfaatkan menjadi kekuatan.


DAFTAR PUSTAKA

Umar, Husein. 2001. Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

http://www.gramediabooks.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Gramedia_(toko_buku)
http://www.gramedia.com/faq.asp
http://www.gramediaonline.com/profil.cfm
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/manajemen/article/view/3835
http://strategimanajemen.net/2010/02/15/gramedia-vs-amazoncom-dan-belanja-buku-online/

Rabu, 06 Januari 2010

PERANAN WEBTRUST PADA E-COMMERCE


SEMINAR PENULISAN

Diajukan guna melengkapi presentasi ilmiah dalam UG Economy Competition 2009
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma



Nama Team : 4EB01A
Nama Anggota :1.Agung Maulana
2.Danies Arta Waluyo
3.Yuni Purtati
Jurusan : Akuntansi S-1




FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2009

ABSTRAK



Agung Maulana, Danies AW, Yuni Purtati
Penulisan Ilmiah Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2009
Kata kunci : Peranan, Webtrust , E-Commerce.
( v + 27)
Webtrust adalah stempel yang diberikan kepada situs web yang secara konsisten menjalankan standard-standard yang telah dibuat oleh Canadian Institute of CharteredAccountants (CICA) dan American Institute ofChartered Public Accountants (AICPA).
Tujuan dari penulisan ilmiah ini adalah mengetahui peranan Webtrust pad E-Commerce

Hasil penulisan ilmiah ini adalah menyimpulkan masih banyak korban akibat kejahatan melalui E-Commerce meskipun telah adanya Webtrust, meskipun demikian Webtrust sangat banyak berpengaruh dalam kemajuan bisnis melalui E-Commerce.



Daftar Pustaka (2000-2004)

Rabu, 28 Oktober 2009

tugas 2.etika profesi akuntansi(Bpk.Radi)

Sumber : https://alumni.perbanasinstitute.ac.id/makalah/K-AUDI02.pdf

PENGARUH KUALITAS AUDIT, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN

Eko Budi Setyarno

Indira Januarti

Faisal

UNIVERSITAS DIPONEGORO

Abstract

In this study, we attempt empirically to investigate the relationship between audit quality, financial condition, previous audit report and sales growth on going concern audit opinion would receive a going concern opinion. A samples of 59 manufacturing companies listed at Jakarta Stock Exchange from 2000-2004. Logistic regression is used to examine hypothesis.

The results indicate that financial condition (Altman Z-Score) and previous audit report are significantly affect the going concern audit opinion. On the other hand, audit quality and sales growth does not have effect on going concern audit opinion.

Keywords: audit quality, financial condition, previous audit report, sales growth, going concern audit opinion

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah kualitas audit meningkatkan

kemungkinan sebuah perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) menerima pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) untuk

kelangsungan usahanya (going concern). Hingga saat ini topik tentang bagaimana

tanggung jawab auditor dalam mengungkapkan masalah going concern masih menarik untuk diteliti (Ruiz Barbadillo et al,2004). Independensi auditor dalam memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya harus mempertimbangkan going concern (kelangsungan usaha) auditee. Going concern merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (Standar Akuntansi Keuangan, 2002).

Mutcher (1985) menyatakan bahwa perusahaan yang kecil akan lebih berisiko menerima opini audit going concern dibandingkan dengan perusahaan yang lebih besar. Hal ini dimungkinkan karena auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan yang lebih kecil. Penelitian-penelitian tentang opini going concern yang dilakukan di Indonesia antara lain dilakukan oleh Hani dkk. (2003) yang memberikan bukti bahwa rasio profitabilitas dan rasio likuiditas berhubungan negatif terhadap penerbitan opini audit going concern. Petronela (2004) memberikan bukti bahwa profitabilitas berhubungan negatif dan berpengaruh signifikan terhadap penerbitan opini audit going concern. Penelitian Setyarno (2006) menguji bagaimana pengaruh rasio-

rasio keuangan auditee (rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktifitas, rasio leverage dan rasio pertumbuhan penjualan), ukuran auditee, skala auditor dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa rasio likuiditas dan opini audit tahun sebelumnya signifikan secara signifikan berpengaruh terhadap opini going concern. Meskipun penelitian-penelitian tentang kualitas audit maupun going concern opinion telah banyak dilakukan

namun penelitian yang menghubungkan kedua variabel tersebut masih terbatas. Penelitian yang menguji bagaimana pengaruh kualitas audit terhadap keputusan goingconcern dilakukan antara lain oleh Ruiz Barbadillo et al (2004) dan Vanstraelen (2002). Sedangkan penelitian di Indonesia dilakukan oleh Manao dan Nursetyo (2002), Fanny dan Saputra (2005), Ramadhany (2004) dan Setyarno (2006). Manao dan Nursetyo (2002) menggunakan Big Five Firms dan Non Big Five frms sebagai proksi dari kualitas audit, Fanny dan Saputra (2005) menggunakan Big Five dan Non Big Five sebagai proksi dari reputasi auditor, Ramadhany (2004) dan Setyarno (2006) menggunakan skala auditor sebagai proksi reputasi auditor. Penelitian ini juga menggunakan proksi kualitas audit seperti yang dilakukan Manao dan Nursetyo.

Permasalahan dan Tujuan Penelitian

Mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya maka pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: apakah kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan mempengaruhi kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Opini Audit Going Concern

Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.

Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (contrary information). Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengansatuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (PSA No. 30).

Penelitian mengenai opini audit going concern diantaranya Mutchler (1985) menggunakan enam rasio keuangan untuk memprediksi penerimaan opini audit going concern oleh auditee. Dari keenam rasio keuangan tersebut hanya tiga variabel yang berpengaruh secara signifikan. Penelitian Manao dan Nursetyo (2002) memberikan hasil yang mendukung penelitian Mutchler, dari enam rasio keuangan yang diteliti tersebut hanya tiga rasio saja yang berpengaruh secara signifikan. Chen dan Church (1992), Chen dan Church melakukan penelitian tentang pengaruh pemeringkatan obligasi yang gagal bayar (default) dengan penerimaan opini audit going concern pada perusahaan penerbit obligasi tersebut.

Chen dan Church menyatakan bahwa perusahan yang bermasalah setidaknya memenuhi salah satu dari kriteria berikut: (1) ekuitas yang negatif, (2) arus kas yang negatif, (3) laba operasi yang negatif, (4) modal kerja yang negatif, (5) laba bersih yang negatif, atau (6) laba ditahan yang negatif. Hasil penelitian Chen dan Church memberikan bukti empiris bahwa adanya suatu asosiasi yang kuat antara pemeringkatan obligasi yang gagal bayar dengan penerimaan opini audit going concern oleh perusahaan penerbit obligasi tersebut. Penelitian mereka juga membuktikan bahwa rasio-rasio keuangan merupakan indikator yang penting untuk memprediksi penerimaan opini audit going concern

Hani dkk (2003), meneliti tentang pengaruh rasio-rasio keuangan pada industriperbankan yang terdaftar di BEJ terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil dari penelitian mereka memberikan bukti empiris yaitu hanya variabel quick ratio, return on asset, dan interest margin of loans yang berpengaruh positif terhadap opini audit going concern. Penelitian mereka lebih berfokus pada industri perbankan saja, dengan periode pengamatan tahun 1995-1997. Petronela (2004), meneliti tentang pemberian opini audit going concern dengan menggunakan rasio keuangan profitabilitas dan leverage. Hasil penelitian tersebut memperkuat penelitian leverage. sebelumnya, yaitu variabel profitabilitas berpengaruh signifikan sedangkan leverage tidak. Penelitian tersebut membuktikan bahwa auditor sebelum mengeluarkan opini audit perlu mempertimbangkan profitabilitas perusahaan yang diaudit, sedangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang tidak terlalu diperhatikan oleh auditor dalam memberikan opini audit.

Ramadhany (2004), meneliti pengaruh variabel keberadaan komite audit, default hutang, kondisi keuangan, opini audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan dan skala auditor terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang mengalami kesulitan keuangan. Penelitian tersebut memberikan bukti empiris bahwa variabel default hutang, kondisi keuangan, dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Penelitian Setyarno (2006) menguji bagaimana pengaruh rasio-rasio keuangan auditee (rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktifitas, rasio leverage dan rasio pertumbuhan penjualan), ukuran auditee, skala auditor dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa dari kelima rasio keuangan yang diuji, hanya rasio likuiditas yang signifikan terhadap opini going concern. Hasil lainnya menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya signifikan dan berhubungan positif dengan opini going concern.

Kualitas Audit dan Opini Going Concern

Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit, namun demikian dalam banyak penelitian kompetensi dan independensi masih jarang digunakan untuk melihat seberapa besar kualitas audit secara aktual (Ruiz Barbadillo etal, 2004). Reputasi auditor didasarkan pada kepercayaan pemakai jasa auditor bahwaauditor memiliki kekuatan monitoring yang secara umum tidak dapat diamati. DeAngelo (1981) menyatakan bahwa auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan pada auditor skala kecil. Auditor skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah -masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Argumen tersebut berarti bahwa auditor skala besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi dan melaporkan masalah going concern kliennya.

Mutchler et al. (1997) menemukan bukti univariat bahwa auditor big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non big 6. Auditor skala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibanding auditor skala kecil, termasukdalam mengungkapkan masalah going concern. Semakin besar skala auditor, akansemakin semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.

Dalam penelitian Crasswell dkk (1995) dalam Setyarno (2006), kualitas auditordiukur dengan menggunakan ukuran auditor specialization. Crasswell menunjukkan bahwa spesialisasi auditor pada bidang tertentu merupakan dimensi lain dari kualitas audit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa fee audit spesialis lebih tinggi dibandingkan auditor non spesialis. Mayangsari (2003) melakukan penelitian pengaruh spesialisasi industri auditor sebagai proksi lain dari kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan

Dalam penelitian-penelitian sebelumnya telah dilakukan pengujian bagaimana hubungan antara perilaku auditor dengan pemberian opini going concern. Altman (1982) dan Chen dan Church (1992) membandingkan tipe opini audit yang dikeluarkan auditor pada perusahaan yang mengalami kebangkrutan dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan. Secara umum penelitian-penelitian tersebut menemukan bahwa sebagian dari perusahaan sampel yang diteliti yang mengalami kebangkrutan adalah perusahaan-perusahaan yang mendapatkan opini going concern. Hasil lainnya menyatakan bahwa model prediksi kebangkrutan yang digunakan lebih akurat dibandingkan dengan opini yang diberikan auditor. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa profesi auditor telah gagal melakukan tanggungjawab profesionalnya.

Kondisi Keuangan Perusahaan dan Opini Going Concern

Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya (Ramadhany, 2004). Mc Keown dkk (1991) menemukan bahwa auditor hampir tidak pernah memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Krishnan dan Krishnan (1996) menyatakan bahwa auditor lebih cenderung untuk mengeluarkan opini audit going concern ketika kemungkinan kebangkrutan berada diatas 28 persen dengan menggunakan model prediksi Zmijeski. Carcello dan Neal (2000) dalam Setyarno (2006)menyatakan bahwa semakin buruk kondisi keuangan perusahaan maka semakin besar probabilitas perusahaan menerima opini going concern. Dengan menggunakan model prediksi Zscore Altman, hasil penelitian Ramadhany (2004) selaras dengan penelitian Mc Kweon, Carcello dan Neal.

Mengacu pada penelitian yang dilakukan Fanny dan Saputra (2005), dalam

penelitian ini digunakan empat model prediksi kebangkrutan untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan yaitu The Zmijeski Model, The Altman Model, Revised Altman Model dan Springate Model. Beberapa penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa model prediksi kebangkrutan menggunakan rasio-rasio keuangan lebih akurat dibandingkan pendapat auditor dalam mengelompokkan perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut (Altman dan McGough,1974; Koh dan Killough,1990; Koh,1991).

Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Opini Going Concern

Mutchler (1984) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain.

Penelitian oleh Carcello dan Neal (2000) serta Rahmadhany (2004) memperkuat bukti mengenai opini audit going concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going cocern pada tahun berikutnya.

Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Going Concern

Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio

Pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland,1992). Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi peluang auditee untuk memperoleh peningkatan.laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.

METODA PENELITIAN

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah variabel dummy. Dimana kategori 1 untuk auditee yang menerima opini audit going concern dan kategori 0 untuk auditee yang menerima opini audit non going concern. Variabel independen terdiri kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit pada tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan. Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Opini audit going concern

Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP, 2001)

Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah opini going concern unqualified/qualified dan going concern disclaimer opinion. Opini audit going concern diberi kode 1, sedangkan opini audit non going concern diberi kode 0.

2.Kualitas Audit

Dalam penelitian ini kualitas audit diproksikan dengan menggunakan skala auditor. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. 1 untuk auditor yang tergabung dalam skala besar dan 0 untuk auditor yang bukan.

3. Opini Audit tahun sebelumnya

Didefinisikan sebagai opini audit yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Variabel dummy digunakan, Opini audit going concern (GCAO) diberi kode 1, sedangkan opini audit non going concern (NGCAO) diberi kode 0.

4. Pertumbuhan Perusahaan

Rasio pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur kemampuan auditee dalam pertumbuhan tingkat penjualan.

Penentuan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh auditee manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Sektor manufaktur dipilih untuk menghindari adanya industrial effect yaitu risiko industri yang berbeda antara suatu sektor industri yang satu dengan yang lain. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut :

1.Auditee sudah terdaftar di BEJ sebelum 1 Januari 2000.

2.Auditee tidak keluar (delisting) dari BEJ selama periode penelitian (2000–2004)

3.Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independent dari tahun 2000-2004.

4.Mengalami laba bersih setelah pajak yang negatif sekurangnya dua periode laporan keuangan selama periode pengamatan (tahun 2000 - 2004)

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2000-2004 yang telah dipublikasikan dan tersedia di database PojokBEJ UNDIP, JSX Statistics 2000-2004 serta Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2001 dan 2004.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression), yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metric dan non metric (nominal). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2005). Gujarati (2003) menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan heteroscedasitiy, artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independennnya.

Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari 295 auditee perusahaan manufaktur yang menjadi sample penelitian, dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok auditee dengan opini audit going concern (GCAO) dan kelompok auditee dengan opini audit non going concern (NGCAO). 146 auditee menerima opini audit going concern (GCAO) dan sisanya 149 auditee menerima opini audit non going concern (NGCAO).

2. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Untuk variabel kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Keterbatasan dan Saran–saran

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel, yaitu 2 variabel keuangan (kondisi keuangan perusahaan dan pertumbuhan penjualan) serta 2 variabel non keuangan (kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya).

2. Periode pengamatan hanya 5 (lima) tahun dan pada saat kondisi ekonomi normal, sehingga belum bisa melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit going concern oleh auditor dalam jangka panjang. Dari keterbatasan–keterbatasan tersebut, maka untuk peneliti yang akan datang disarankan untuk :.

1. Memasukkan variabel tambahan seperti rotasi auditor dan rasio keuangan yang lain sehingga hasil penelitian akan lebih bisa memprediksi penerbitan opini audit going concern dengan lebih tepat.

2. Jumlah tahun pengamatan lebih diperpanjang sehingga dapat melihat kecenderungan trend trend penerbitan opini audit going concern oleh auditor dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan pembedaan antara periode krisis moneter dengan periode kondisi ekonomi normal.

DAFTAR PUSTAKA

Altman, E, 1982. Accounting Implications of Failure Predictions Models. Journal of Accounting, Auditing and Finance, Summer. 4-19.

Altman, E dan McGough, T, 1974. Evaluation of a Company as A Going Concern .Journal of Accountancy. December. 50-57.

Chen, K. C. W., and B. K. Church.1992. "Default on Debt Obligation and the Issuanceof Going-Concern Report". Auditing: A Journal of Practice & Theory, Fall. 30 - 49

Chen, K. C. W., and B. K. Church.1996. "Going Concern Opinions and the Market'sReaction to Bankruptcy Filings". The Accounting Review: 117 - 128.

DeAngelo, L, 1981. Auditor Independence, “low balling” and Disclosure Regulation. Journal of accounting and Economics. (August).113-127.

Fanny, Margaretta dan Saputra, S. 2005. “Opini Audit Going Concern : Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi VIII. 966-978.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hani., Clearly,. dan Mukhlasin. 2003. "Going Concern dan Opini Audit : Suatu Studi Pada Perusahaan Perbankan di BEJ". Simposium Nasional Akuntansi VI. 1221 -1233. Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta. Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta. Salemba Empat.

Koh, H dan Killough, L, 1990. The Use of Multiple Discriminant Analysis in the Assesment of the Going-concern Status of an Audit Client. Journal of Business, Finance and Accounting. Spring. 179-192.

Manao, H. dan Nursetyo, Y. 2002. ":An Audit Quality Comparison Between Large and Small CPA Firms in Indonesia in the Context of "Going Concern" Opinion :Evidence Based On Auditees Financial Ratio". Simposium Nasional Akuntansi V. 36-45..

Mayangsari, Sekar, 2003. Pengaruh Kualitas Audit, Independensi terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.

McKeown, J, Mutchler, J dan Hopwood. W, 1991. Towards an Explanation of Auditor Failure to Modify the Audit Opinions of Bankrupt Companies. Auditing: A Journal Practice & Theory. Supplement. 1-13.

Mutchler, J., 1985. "A Multivariate Analysis of the Auditor's Going Concern Opinion Decision" Journal of Accouning Research. Autumn. 668 - 68.

Mutchler, J, 1984. Auditor ‘s Perceptions of the Going-concern Opinion Decision. Auditing :Journal Practice & Theory. Vol.3.17-30.

Petronela, Thio. 2004. "Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam Pemberian Opini Audit". Jurnal Balance. 47 - 55.

Ramadhany, Alexander. 2004. "Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Mengalami Financial Distress Di Bursa Efek Jakarta". Tesis S2, Universitas Diponegoro, Semarang. Tidak Dipublikasikan.

Ross, Stephen. R. W. Westerfield, dan J. Jaffe. 2002. "Corporate Finance". McGraw-Hill, New York.

Ruiz, Barbadillo Emiliano, Nivez Gomez-Aguilar, Cristina De Fuentes-Barbera dan Maria Antonia Garcia-Benau, 2004. Audit Quality and The Going-concernDecision making Process. European Accounting Review. Vol.13. No.4. 597-620.

Setyarno, Eko Budi, 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi. Tidak dipublikasikan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Vanstraelen, A, 2002. Auditor Economic Incentives and Going-concern opinions in aLimited Litigious Continental European Business Environment: EmpiricalEvidence from Belgium. Accounting and Business Research. Vol.32. No.3 171- 186.

Zmijeski, M, 1984. Methodological Issues related to the Estimation of Financial Distress Prediction Models. Journal of Accounting Research. Supplement. 59-82.